Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Selasa, 09 Oktober 2012

Pentingnya Pendidikan Karakter

Oleh : Tim Wacana Nusantara
Dikutip dari Wacana Nusantara, 23 Oktober 2010
(www.wacananusantara.org/)

Apa yang kira-kira terlintas dalam benak ketika kita menyebutkan nama-nama seperti Hayam Wuruk, Sanjaya, Purnawarman, Mulawarman, Sultan Hasanuddin, Patiunus, Pattimura, atau sederet nama lain yang telah mengukirkan nama dalam sejarah bangsanya? Apa yang kemudian menjadikan pendahulu-pendahulu kita tercatat dalam ingatan dan sejarah? Lantas, apa yang akan ditulis oleh orang-orang jauh di masa depan tentang kita?
Sejarah tidak akan menulis sebuah peristiwa biasa-biasa saja, ia tidak akan merekam seorang tokoh yang biasa-biasa saja. Sejarah akan menulis peristiwa dan merekam tokoh yang luar biasa, yang mengubah wajah peradaban sekelompok masyarakat atau dunia. Bagaimana pun kiprah seorang Tan Malaka berusaha dilupakan, sejarah akan tetap menjemput dan mencatatnya, sedalam apa pun Perang Paregreg mencoba dikubur, sejarah akan tetap mengangkatnya ke permukaan.

 Sesungguhnya, manusia-manusia macam apakah mereka itu? Sehingga mereka begitu dicintai oleh sejarah? Apakah mereka adalah orang-orang yang diberi kecerdasan berlebih? Kekuatan yang mumpuni? Atau sekadar orang yang tepat di saat yang tepat? Mungkin saja! Namun satu hal yang pasti, melalui sejarah pula kita akan menemukan bahwa mereka memiliki bahan utama yang menjadi dasar seorang manusia sejati—dalam bahasa popular, saat ini apa yang mereka miliki: karakter.
  Karakter adalah kumpulan kualitas terbaik yang mungkin dimiliki seorang manusia seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan dan kesederhanaan, karakter juga mencakup integritas, moral yang baik dan terhormat diramu dengan tepat bersama kecerdasan dan kepandaian. Berdiri di baris depan dalam sebuah pertempuran tidak selalu berarti berani, dalam kesempatan lain hal tersebut justru membahayakan diri sendiri dan orang lain, begitu pun dengan  membagi rata sesuatu hanya berdasarkan jumlah tidak selalu dapat disebut sebagai adil.
 Membangun karakter tidak sulit sekaligus juga tidak mudah. Tidak sulit karena bangsa ini memiliki banyak kearifan lokal sebagai materi; sementara tidak mudah, karena hal tersebut harus disampaikan dan dilatih sedini mungkin. Sedari dini berarti dimulai sejak sang anak mulai mengenal kata dan mengidentifikasi objek, mencoba memahami perilaku, dan bertanya tentang segala sesuatu. Mengapa? Karena usia dini merupakan masa seorang individu memiliki kemampuan merekam yang sangat luar biasa dan segala memori yang terpatri pada masa ini akan menjadi pondasi karakter individu tersebut di masa depan.
Apabila kita cermati materi dan metode pendidikan di Indonesia akan sangat terasa sekali kurangnya muatan-muatan pendidikan yang dapat menghasilkan seorang manusia yang berkarakter, dan materi pendidikan yang memiliki muatan pendidikan karakter salah-satunya adalah pendidikan Sejarah dan Budaya Bangsa – tolong dipahami, belajar sejarah bukan hanya mengingat tahun, tokoh dan peristiwa, dan belajar Budaya Bangsa tidak selalu mengidentifikasi sebuah seni tradisi berasal dari suku dan daerah mana.
 Di sisi lain, forum diskusi, latihan merangkai konsep dalam sebuah uraian yang terstruktur kemudian mempresentasikannya, dan berorganisasi pun saat ini di semua tingkat pendidikan sudah sangat kurang, terutama di tingkat perguruan tinggi. Bahkan di tingkat ini, berorganisasi justru dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan politik praktis, ironis.
 Saat ini pendidikan di Indonesia mencoba “sinergis” dengan pasar, apa yang sedang dan akan ramai, itu yang akan ditingkatkan. Namun pada akhirnya pendidikan yang dibangun dengan konsep ini berkecenderungan menghasilkan manusia-manusia kelas kacung. Dengan materi dan metode pendidikan yang baik, para pengajar yang ahli dan mumpuni, serta sedikit keberuntungan, sisi bidang keahlian mungkin mampu bersaing secara global, namun tetap saja, hanya mampu bersaing di kelas kacung!
 Kami kadang berimajinasi, alangkah “hidup” suasana pendidikan di negeri ini apabila celoteh-celoteh siswa tidak hanya bertanya atau membahas hukum Newton, kalkulus atau hukum probabilitas, tetapi juga berbincang tentang filosofi kebenaran, nilai, kejujuran, keadilan, dan prima causa, dan di sana akan melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang berkarakter. Sungguh!
 Mari rekan-rekan, kita merenung sejenak dan berimajinasi, apa yang akan terjadi dengan sebuah negeri yang kaya akan sumber daya alam dan kaya akan sumber daya manusia yang berkarakter!
 Salam Nusantara!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar